Sidoarjo, Kharismaonline.co.id – Masalah utama yang dihadapi masyarakat Indonesia pada umumnya adalah kurang adanya kesadaran untuk mencintai lingkungan, demikian juga bagi pihak sekolah dengan segenap warga di dalamnya. Gerakan cinta lingkungan perlu digalakkan bagi seluruh masyarakat karena gerakan ini pada gilirannya mampu mencegah berbagai bencana alam yang disebabkan karena kondisi lingkungan yang buruk, seperti masalah
gempa bumi, kesulitan air bersih, banjir, longsor, polusi udara, serta air dan tanah yang berpotensi mengurangi kualitas kesehatan masyarakat. Sejak dini, siswa sekolah ditanamkan jiwa dan semangat cinta lingkungan yang diterapkan melalui kegiatan belajar di kelas dan diimplementasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah dan rumah. Oleh karena itu gerakan cinta lingkungan ini akan efektif bila dimulai dari lingkungan sekolah, karena siswa biasanya patuh pada peraturan dan perintah atau anjuran gurunya. Melalui penanaman jiwa dan semangat cinta lingkungan yang dilakukan sejak dini diharapkan mampu membentuk
karakter dan perilaku cinta lingkungan yang kuat. Siswa yang telah memiliki jiwa dan semangat cinta lingkungan diharapkan mampu menjadi agen perubahan di lingkungan rumah dan sekitarnya. Sehingga diharapkan nantinya siswa dan siswinya menjadi sehat, cerdas dan peduli lingkungan serta berdaya saing demi kemajuan bangsa negara dan agama menjadi penerus yang unggul, Obyek kegiatan pengabdian pada masyarakat ini
dilakukan di SMPN Satu Atap Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Sekolah ini dibangun untuk memudahkan anak-anak orang tambak untuk sekolah. Karena jika mereka disekolahkan di Sidoarjo maka waktu dan jarak yang ditempuh sangatlah menyusahkan mereka. Lokasi sekolah berjarak sekitar 35 km dari lokasi UPN Veteran Jawa Timur selaku pelaksana program pengabdian pada masyarakat. Alamat sekolah Dusun Kepetingan Desa Sawohan Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Pemilihan subyek anak sekolah karena menurut Yilmaz et.al, (2004) serta Ozsoy et.al (2012) penanaman sikap dan perilaku cinta lingkungan akan efektif jika ditanamkan sejak dini, sejak anak duduk di TK, SD dan SMP. Pada saat ini, jumlah seluruh siswa pada sekolah tersebut sebanyak 54 siswa dengan komposisi siswa SD 38 orang dan siswa SMP 16 orang.
Sedangkan seluruh guru tetap berjumlah 12 orang yang terdistribusi guru SD 8 orang dan guru SMP 4 orang.
Selain itu di Dusun Kepetingan juga terdapat bangunan SDN Sawohan 2 yang di bangun sejak tahun 1983, dan SMPN Satu Atap Buduran. Pada umumnya Proses belajar mengajar di mulai pukul 08.00 WIB-11.30 WIB, kecuali hari kamis dan jum’at pulangnya lebih awal pada pukul 10.30 WIB. Disamping itu terjadinya keterlambatan proses belajar mengajar di SDN Sawohan 2 dan SMPN Satu Atap Buduran Dusun Kepetingan juga disebabkan karena para tenaga pendidik harus melalui jalan air dengan naik perahu dari Dermaga TPI (Tempat Pemasaran Ikan) di Desa Karanggayam, yang memakan waktu 45-60 menit, yang di jemput oleh saudara Joko selaku penanggung jawab perahu Milik Sekolah yang merupakan bantuan dari pemerintah daerah Sidoarjo. Tepat pada pukul 07.00 para guru sudah menanti jemputan di dermaga TPI (Tempat Pemasaran Ikan) di Desa Karanggayam. Tata kelola sekolah belum berwawasan lingkungan yang eco green. Kawasan sekolah juga masih minim dengan fasilitas yang belum memadai seperti ruang sekolah yang pengap dan panas, halaman sekolah yang becek dan gersang serta sanitisasi lingkungan yang belum berwawasan lingkungan hijau. Berdasarkan kondisi tersebut, maka pihak sekolah perlu mengelola kawasan internalnya menjadi kawasan yang bersih, teratur, dan sehat agar dapat meminimalisasi dampak polusi udara dan polusi air yang berpotensi mengganggu kesehatan. Dengan demikian, perlu adanya peran serta akademisi untuk
memberikan kontribusinya dalam penyuluhan dan pihak sekolah perlu berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan tersebut yang meliputi : 1) Program penghijauan lingkungan sekolah; 2) program teknik pengolahan sampah organik menjadi kompos; 3) Program
pembuatan alat peraga produksi dan 4) Program edukasi kepada masyarakat tentang teknik tanam vertikultur dan hidroponik. Oleh karena itu seseluruhan kegiatan penataan lingkungan ini perlu direncanakan, dilaksanakan serta dikendalikan secara terintegrasi melalui program Kesehatan Lingkungan Sekolah Berbasis Eco-Green. Kegiatan penyuluhan ini diikuti oleh seluruh warga sekolah dengan mempraktikkan langsung di lingkungan sekolah. Beberapa permasalahan yang dihadapi sekolah tersebut menginspirasi Tim Pengabdian Masyarakat FISIP UPN Veteran Jatim untuk bermitra dengan pihak Pimpinan sekolah untuk lebih berperan dalam meminimalisasi dampak lingkungan yang
buruk bagi kesehatan warga sekolah dan masyarakat sekitarnya. Sekolah perlu
mengelola kawasan internal sekolah agar menjadi kawasan yang bersih, teratur, dan
sehat agar dapat meminimalisasi dampak polusi udara dan polusi air yang berpotensi mengganggu kesehatan. Dengan demikian, penerapan program Kesehatan Lingkungan
Sekolah berbasis Eco Green berpotensi dapat diterapkan dengan baik secara
berkelanjutan.
Adapun kegiatan penyuluhan Kesehatan Lingkungan Sekolah berbasis Eco Green
dilaksanakan melalui 4 program yaitu sebagai berikut :
- Program sekolah hijau berwawasan lingkungan (eco green school) Pelaksanaan program dilaksanakan melalui kegiatan penghijauan secara masal yang melibatkan seluruh siswa untuk menanam dalam pot (ada yang terbuat dari botol bekas), baik dengan teknik tanam konvensional dalam pot, teknik tanam vertikultur maupun teknik tanam hidroponik. Jenis tanaman terdiri dari tanaman hias dan tanaman sayur. Setiap anak bertanggung jawab untuk menanam dan merawat tanaman secara teratur.
- Program pembuatan alat peraga produksi kompos sederhana. Alat peraga produksi kompos sederhana berupa alat pencacah dan pengaduk sampah organik dengan system kayuh. Melalui alat ini, anak memahami bagaimana teknik
pembuatan kompos sederhana dengan meminimalisasi kontak langsung dengan sampah organik. 1 (satu) unit alat peraga pencacah dan pengaduk kompos dengan penggerak
sistem kayuh. Perancangan alat dimulai dengan pembuatan rangka yang terbuat dari pipa kotak besi, tong alumunium dibuat dengan diameter 40 cm dan tinggi 40 cm
dengan dudukan ataupun penampung berupa laci sebagai wadah menampung hasil
olahan pupuk kompos dengan tinggi keseluruhan mencapai 40 cm. Pencacah dan pengaduk dibuat sekaligus dengan pisau berbentuk sabit dan digerakan otomatis melalui dinamo dengan system penghantar putaran yang sederhana. - Program penyuluhan teknik pengolahan sampah organik menjadi kompos. Kegiatan dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, dimana siswa dituntut berperan aktif dalam proses pemilahan sampah organik dan non organic. Setelah dilakukan pencampuran, sampah organik tersebut dimasukkan kedalam rak/laci untuk proses pengomposan. Sampah organik yang sudah tercampur dengan aktivator EM4 ditutup agar proses pengomposan berlangsung dengan sempurna.
- Mengedukasi masyarakat sekitar tentang teknik tanam vertikultur dan hidroponik. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirancang akan dilaksanakan sebagai tindak lanjut kegiatan yang telah dilaksanakan tahun ini. Tujuan dari kegiatan ini adalah turut menyadarkan orang tua siswa dan masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Peserta penyuluhan juga diajarkan untuk memahami teknik tanam vertikultur dan hidroponik sehingga mampu mempraktikkan dalam lingkungan rumahnya dengan lahan yang terbatas. ( yud )