Surabaya. Kharismaonline.co.id – Pedagang kaki lima (PKL) datangi Ketua dewan DPRD Kota, Adi Sutarwijono wilayah Jalan Raya Kupang Baru, kel Sono Kwijenan, Kec Sukomanunggal Surabaya, Senin (29/1/2020) pukul 14.00 WIB.
Puluhan pedagang kaki lima (PKL) disepanjang Jalan Raya Kupang Baru Surabaya, ramai-ramai berkumpul di warkop 57 milik Bapak Bagus, untuk mendengarkan himbauan dari Adi Sutarwijono selaku Dewan kota surabaya. Aksi geruduk itu menyusul wacana penggusuran satu-satunya mata pencaharian mereka di tepian jalanan tersebut.
Selain itu, puluhan tulang punggung keluarga, dari PKL tersebut juga menuntut pihak Kecamatan agar memberikan solusi relokasi. Karena, batas waktu yang diberikan kepada mereka terbilang cukup singkat.
“Ini bukan demo atau sekedar aksi meluruk semata. Kami ke sini untuk rembuk diskusi”, kata Bagus dari perwakilan pedagang tepian jalan raya kupang baru.
Dirinya bersama puluhan pedagang lainnya, ingin pihak Kecamatan sebelum menerapkan penertiban hendaknya berembuk terlebih dahulu. Tidak hanya solusi relokasi saja yang dipertimbangkan, namun juga harus melihat sisi tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang diembannya.
Dari pantauan awak media di lapangan menginformasikan, bahwa para PKL tersebut sebenarnya juga menerima apabila dilakukan penertiban. Itupun harus merata, tidak tebang pilih. Namun, sebagai pemimpin yang selayaknya mengayomi rakyat kecil, sudah sepantasnya jika pemerintah juga mempertimbangkan keberlangsungan ekonomi masyarakatnya.
Hal itu diungkapkan oleh Ciput, salah satu penjual makanan mengatakan, PKL sendiri sebenarnya tidak menentang Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya No.2 tahun 2014 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat. Namun, janganlah karena keinginan pemerintah menegakkan perda, justru rakyatnya menderita.
“Kami sadar, bahwa kami salah dalam hal tersebut, tapi kami wong cilik. Kami juga pelaku ekonomi. Kami harapkan Pemerintah setempat bisa memberi solusi kepada pedagang,” kata Ciput.
Para pedagang pun berharap kepada Adi, agar para pedagang kaki lima tidak di gusur dan bisa berjualan lagi seperti semula.
Menurut Adi, para PKL supaya lapaknya jangan di bongkar dulu, jualan seperti biasanya sambil nunggu rapat hiring berikutnya. Menurut para pedagang, seharusnya pihak dari kecamatan setempat bersikap lunak dengan memberikan solusi dan alternatif tempat relokasi yang memadai bagi para PKL.
Biar bagaimanapun, Surabaya merupakan gudang sejuta inovasi dengan sektor perekonomian kreatif berbasis kerakyatan. Namun sayang, keinginan untuk bertemu Camat, harus diundur lagi. Saat hendak ditemui, rupanya Camat tersebut sedang tidak ada dikantor.
“Nanti akan kami komunikasikan kepada pihak kecamatan setempat”, pungkas Adi.(Dwi/Sum)