Dr. Diana Hertati, MSi
Dosen FISIP UPNV Jatim
Sidoarjo, SMNNews.co.id – Strategi mengatasi kemiskinan dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, karena sebagai proses (Gutierrez, 1990), intervensi (Salomo, 1976), dan sebagai suatu keterampilan. Pemberdayaan juga telah dipandang sebagai suatu strategi khusus untuk memberdayakan wanita menjadi lebih mandiri (Browne, 1995).
Hampir sebagian besar nelayan kita berpendapatan kurang dari US$ 10 per kapita per bulan (Fauzi, 2005). Sedangkan sebanyak 32,14% dari 16,42 juta jiwa masyarakat pesisir masih hidup di bawah garis kemiskinan (Direktorat PMP dikutip Muflikhati et al. (2010). Jika dilihat dalam konteks Millenium Development Goal, pendapatan sebesar itu sudah termasuk dalam extreme poverty, karena lebih kecil dari US$ 1 per hari. Menurut Suhartini (2009), kenyataan secara umum bahwa posisi wanita di desa–desa nelayan di Indonesia khususnya dan negara sedang berkembang pada umumnya, posisi mereka termarginalisasi. Hal tersebut yang menyebabkan kemiskinan tidak lepas dari kaum wanita.
Persoalan kompleks yang dihadapi masyarakat pesisir bukan saja sebagai masyarakat miskin yang mata pencahariannya sebagai nelayan, pembudidaya, pengolah, pedagang ikan dan kerang tetapi juga terkait masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat wilayah pesisir ini Oleh karena itu diperlukan model pemberdayaan wanita pesisir melalui pendidikan life skills berbasis berbasis ekonomi produktif dengan pemanfaatan potensi lokal dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir (Mulyono, 2007).
Masyarakat pesisir merupakan sekelompok orang yang bertempat tinggal dan melakukan aktivitas dalam rangka mempertahankan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di laut dan disekitar pantai. Sektor kenelayanan ini memberi peluang besar bagi timbulnya sektor-sektor pekerjaan lain yang masih terkait dengan penggunaan bahan baku sumberdaya perikanan seperti kerang crispy, snack stik kerang dan krupuk kerang telah ikut menyerap tenanga kerja yang tersedia didaerah sekitarnya, dimana sebagian besar tenaga dari sector home industry biasanya adalah perempuan nelayanan (Kusnadi, 2001, h.39-53).
Desa Segoro Tambak sebagai wilayah pesisir yang luasnya 858,309 Ha terbagi menjadi 2 RW dan 6 RT, memiliki potensi yang sangat besar di sektor perikanan dan kerang. Mayoritas Penduduknya bekerja sebagai nelayan yang menggantungkan hasil laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sektor kenelayanan ini memberi peluang besar bagi timbulnya sektor-sektor-pekerjaan lain yang masih terkait dengan penggunaan bahan baku sumberdaya perikanan, seperti : pembuatan abon kerang, bakso kerang, kerupuk ikan, pengeringan ikan, dan perdagangan ikan (Kusnadi, 2001, h. 33). Sektor-sektor pekerjaan tersebut telah ikut menyerap tenaga kerja yang tersedia di daerah sekitarnya, dimana sebagian besar tenaga dari sektor home industry tersebut biasanya adalah kelompok ibu rumah tangga (Kusnadi, 2001, h. 53).
Jumlah penduduknya tahun 2019 mencapai 1712 Jiwa, yang dihuni oleh masyarakat dengan karakteristik keluarga yang khas dan dominasi penghuni setiap harinya adalah perempuan dan anak-anak, sebagian laki-laki yang terdiri dari suami maupun remaja, banyak mempergunakan waktunya untuk melaut antara 1-2 minggu, sedangkan sisanya adalah nelayan biasa (melaut malam hari) dan sebagian lagi berlayar sampai sebulan atau lebih (ikut kapal besar), sehingga dapat dikatakan sebagian besar tanggungjawab kelangsungan hidup sehari-hari pada keluarga tersebut ada ditangan wanita sebagai ibu sekaligus ayah (temporal single parent).
Tingkat pendapatan nelayan masih relatif rendah, hal ini dikarenakan pada usaha yang masih dipengaruhi oleh musim. Masyarakat memperoleh pendapatan lebih tinggi hanya pada musim-musim tertentu saja, sedangkan pada bulan lainnya merupakan bulan paceklik. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, istri nelayan ikut mencari nafkah sebagai tambahan penghasilan keluarga, antara lain melakukan kegiatan mengupas kerang, pembuatan sate kerang, kerang goreng, krupuk kerang maupun pembuatan abon kerang. Desa Segoro Tambak dikenal dengan hasil tambak dan sumber kerang yang banyak dihasilkan nelayan, sehingga Kota Sidoarjo disamping sebagai kota udang juga terkenal dengan makanan khas tradisionalnya yaitu lontong balap dan sate kerangnya. Namun abon kerang sebenarnya juga punya potensi untuk dikembangkan. Melihat potensi ini, maka para wanita pesisir tergerak untuk mengolah hasil tangkapan nelayan antara lain kerang yang diolah untuk menjadi “abon kerang” sebagai sumber penghasilan tambahan keluarga. Hal-hal seperti ini menjadikan upaya-upaya pemberdayaan atau intervensi yang dilakukan untuk mensejahterakan keluarga nelayan perlu dititikberatkan pada kemampuan wanita yang ada disana.

Pihak yang mempunyai tugas untuk memberdayakan masyarakat pesisir selain pemerintah juga non pemerintah, misalnya NGO, perguruan tinggi dan lembaga swasta terkait. Salah satu potensi yang dimiliki Desa Segoro Tambak yang sebagain besar masyarakatnya nelayan dan mata pencaharian pokoknya melaut untuk mencari tangkapan kerang, antara lain : kerang kukur, kerang balok, kerang batik, dan kerang darah. Fasilitas yang dimiliki di sektor perikanan kerang ini adanya wadah nelayan dalam mengumpulkan hasil tangkapan kerang dengan membentuk kelompok-kelompok usaha bersama antara lain : Kelompok Usaha Bersama KUB Bina Sejahtera dan Bina Mandiri. Kegiatan yang dilakukan oleh perempuan pesisir (nelayan) di Desa Segoro Tambak dalam mendukung Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam mencari tambahan penghasilan keluarga nelayan yakni dengan membuat abon kerang.
Permasalahan prioritas yang dihadapi wanita pesisir di Desa Segoro Tambak dalam memproduksi abon kerang yaitu : 1) terbatasnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik produksi abon kerang, 2) kurangnya keterampilan pengelolaan keuangan dan 3) keterbatasan akses pasar bagi kelompok usaha (pemasaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan pemberdayaan perempuan pesisir untuk: 1) Membantu meningkatkan keterampilan dalam teknik produksi abon kerang, 2) keterampilan pembukuan sederhana bagi kelompok usaha wanita, 3) Membantu mengatasi masalah keterbatasan akses pasar bagi kelompok usaha (pemasaran). Metode yang digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini adalah 1) Melakukan penyuluhan dan praktek membuat abon kerang dengan konsep adonan bercita rasa tinggi dan berkualitas, 2) Pelatihan pembukuan sederhana bagi kelompok usaha wanita, 3) Penyuluhan dan praktek terkait dengan teknik menjual dan pemasaran.

Pelatihan abon kerang dilakukan sesuai dengan konsep adonan yang bercitra rasa dengan kualitas baik. Dalam pelatihan produksi abon kerang, bahan baku yang digunakan kerang segar. Pada pembuatan abon kerang untuk mendapatkan hasil yang berkualitas baik, dibutuhkan bahan kerang yang masih segar. Bila bahan baku yang digunakan kurang baik kesegarannya, maka akan mempengaruhi rasa, warna, dan aroma yang dihasilkan.
Dalam pengelolaan usaha ibu rumah tangga, tidak diperlukan metode yang terlalu rumit. Lebih-lebih bagi para ibu rumah tangga di daerah pesisir yang pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan terbatas, perlu dirancang metode pembukuan keuangan sederhana untuk mendukung pengelolaan keuangan usaha abon kerang. Metode pembukuan sederhana yang akan disampaikan berkaitan dengan pengenalan terhadap konsep sederhana dalam sistem akuntansi antara lain : 1) Pengenalan arus keluar masuk uang yang ada di dalam bisnis atau usaha, 2) Pengenalan posisi modal yang terpakai dan modal yang telah kembali dan 3) Pencegahan tercampurnya, pengeluaran (keuangan) pribadi dan keuangan usaha. Abon kerang dianggap sebagai salah satu inovasi baru bagi pengembangan olahan produk yang berasal dari kerang, sehingga memiliki peluang bagus untuk dipasarkan. Peluang ini juga dapat menjadi salah satu upaya bagi peningkatan kesejahteraan ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok wanita pesisir di Desa Segoro Tambak, Sedati, Sidoarjo. Disamping itu juga pelatihan pencatatan keuangan usaha kecil dengan menggunakan akuntansi sederhana dengan pendekatan individual dilakukan pada saat praktek berupa pencatatan transaksi sampai pada penyusunan laporan keuangan akan berdampak pada pengelolaan keuangan lebih optimal. (Yud)